Perayaan Sekaten |
Sekaten adalah perayaan tradisional khas Yogyakarta dan Surakarta yang diselenggarakan oleh keraton sejak hari ke lima bulan Maulud pada kalender Jawa. Masyarakat Yogyakarta, Surakarta dan sekitarnya percaya bahwa dengan merayakan Sekaten dan mendengarkan suara dari gamelan Sekaten yang dipukul khusus pada perayaan ini, mereka akan mendapatkan berkah dari Tuhan. |
Menurut beberapa ahli budaya Jawa, perayaan Sekaten adalah perpaduan antara budaya Jawa dan Islam. Jauh sebelum Islam masuk pulau Jawa, bangsawan Jawa biasa menggelar festival tahunan di mana masyarakat berkumpul untuk merayakan berkat tahunan seperti perayaan panenan. Ketika Islam memasuki pulau Jawa, tradisi festival tahunan ini berbaur dengan budaya islam. Pada masa penguasa Demak Bintoro, tradisi festival tahunan jaman Hindu Jawa diteruskan, namun inti perayaan menjadi peringatan kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad. Sebagai bagian dari dakwah, Sunan Kalijaga, tokoh penting Islam pada waktu itu sengaja tidak menggunakan rebana, melainkan gamelan. Gamelan ini diberi nama Kiai Sekati. Konon, nama ini merupakan hasil evolusi panjang dari kata Arab, syahadat atau syahadatain, yang kemudian menjadi kata sekaten. |
Perayaan Sekaten masih diteruskan sampai kini di lingkungan Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Pada tengah malam tanggal 5 bulan Maulud perayaan dimulai dengan prosesi di mana pelayan keraton abdi dalam membawa keluar dua set gamelan bernama Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu di Kraton Yogyakarta, dan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari di Kraton Surakarta ke pelataran Masjid Agung. Di sini selama sepekan, gamelan dibunyikan setiap harinya. |
Pada hari ketujuh menjelang tengah malam gamelan dikembalikan ke Kraton. Prosesi pengembalian dihadiri oleh Sultan Yogya dan pada saat ini dibacakan riwayat hidup Nabi Muhammad. Esok harinya diadakan Grebeg Maulud yang adalah puncak perayaan Sekaten. Perayaan dimulai dengan parade pasukan penjaga Kraton yang mengenakan seragam khas. Pada saat parade kita dapat melihat pakaian prajurit Kraton lengkap dengan senjatanya. Mereka membawa Gunungan yang berisi sayuran, buah-buahan, makanan dan jajan pasar yang melambangkan kemakmuran. Gunungan pun kemudian dibawa ke alun-alun kota untuk diperebutkan oleh para penonton yang telah menunggu. |
Comments
Hide