Warkop DKI (1979-1994) |
Sulit Rasanya untuk menceritakan tentang perfilman di Indonesia tanpa mengikutsertakan film-film komedi Warkop DKI. Di era 80an, trio pelawak Dono-Kasino-Indro atau DKI ini dikenal luas di seluruh Indonesia lewat film-film komedinya yang merajai pasar film domestik. |
Dibentuk di Jakarta tahun 1976 di bawah manajemen Radio Prambors, Warkop (atau singkatan dari WARung KOPi) meroket menjadi kelompok komedi favorit melampaui kelompok Srimulat. Anggotanya adalah Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino) dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro). Grup ini dibentuk ketika mereka adalah mahasiswa Universitas ternama di Jakarta. |
Sukses yang berawal dari radio kemudian berlanjut di panggung hiburan, diteruskan lewat film-film komedi layar lebar. Tercatat ada 34 film yang dikeluarkan kelompok ini dalam rentang waktu 15 tahun, yaitu dari tahun 1979 sampai 1994, atau rata-rata 2 film dalam setahunnya. |
Film-film komedi Warkop umumnya sejenis dan dipasarkan dengan judul-judul yang dirangkai dari kata-kata yang menarik. Warkop umumnya mengandalkan empat jenis komedi yaitu—komedi situasi, slapstik, candaan fisik dan jebakan. Pada mulanya komedi warkop masih mengangkat masalah-masalah sosial dengan bumbu-bumbu kritik halus. Pada puncak and menjelang akhir masa ketenarannya, film-filmnya makin banyak menampilkan wanita-wanita muda cantik dengan pakaian-pakaian seksi. Karenanya film warkop diakhir paruh 80an umumnya berating 13 tahun keatas. |
Alur cerita film-film warkop kadang cenderung ngasal. Tengoklah cerita film Maju kena Mundu Kena (1983) yang adalah film Warkop terlaris sebagai contoh. Ceritanya tentang Kasino jadi bos bengkel, dan Dono-Indro jadi bawahannya. Kasino melarang anak buahnya berhubungan dengan perempuan, tapi dia sendiri terobsesi pada Marina (yang diperankan bintang panas Indonesia Eva Arnaz). Kemudian Marina satu kos dengan mereka. Tapi yang beruntung malah Dono yang diakui Marina sebagai suami untuk menghindari dari pernikahan paksa oleh kakek-neneknya. Film ini pun diakhiri dengan Dono menyamar jadi pemain sepak bola wanita. |
Walaupun terkesan dangkal, slapstik dan ngasal, film-film Warkop laris manis di pasaran. Dibuat dengan biaya produksi yang murah, film-film ini mendatangkan keuntungan besar bagi kelompok Warkop dan produsernya. |
Comments
Hide